سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم مَا لِكِ يَوْمِ لدِّيْن. ايَّاكَ نَعْبُدُوَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْن. اِهْدِنَ الصِّرَاط الْمُسْتَقِيْم. صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَََلَاالضّٓآلِّيْن YAALLAH YAROBI.. pliharalah cintaku dan cintanya... Dengan cahaya cintamu

Selalu optimis dalam menghadapi tantangan hidup, dengan sabar dan sholat,,,!!!

Sebelum saudara membaca blog saya, saya minta maaf dan arahan jika nanti di dalamnya ada kesalahan dan ke khilapan... Blog ini saya buat semata - mata untuk mengisi waktu kosong, semoga isi yang terkandung di dalamnya bisa bermamfaat buat kita semua...

Bersabar dan ikhlaslah dalam setiap langkah perbuatan Terus-meneruslah berbuat baik, ketika di kampung dan di rantau Jauhilah perbuatan buruk, dan ketahuilah pelakunya pasti diganjar, di perut bumi dan di atas bumi...


Kasih comentarnya ya,,,!!!

Selasa, 06 Desember 2011

Membangun Motivasi

Kualitas dari kehidupansesorang itu tergantung pada komitmennya untuk berhasil di bidang apapun yang dia tempuh. Pergilah dengan keyakinan menuju cita - citamu...Jalani hidup yang anda bayangkan.
Anda tidak akan pernah mencapai kesuksesan sejati kecuali anda menyukai dan menikmati apa yang anda kerjakan.
Kunci untuk bahagia adalan mempunyai mimpi. Kunci untuk sukses adalah membuat mimpi itu jadi keyataan, dan petunjuk hidup adalah agama ( keyakinan ). Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin.


Jika kamu berfikir tentang hari kemarintanpa ada rasa penyesalan dan hari esok tanpa rasa takut, berarti kamu sudah ada di jalan yang benar untuk menuju kesuksesan.

Yang indah hanya sementara...
Yang abadi adalah kenangan...
Yang ikhlas hanya dari hati...
Yang tulus adalah sanubari...
Tidak mudah mencari yang hilang...
Tidak mudah mengejar impian...
Namun, yang jauh lebih susah adalah mempertahankan yang kita punya...
Karna yang tergenggam bisa terlepas...
Yang terikat bisa membelenggu...
Jika kamu tidak dapat memiliki apa yang kamu sukai maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini...

Terkadang kita harus salah agar tau apa yang benar...
Kita harus jatuh agar tau cara untuk bangkit...
Kita harus menangis agar tau cara untuk tegar...
Kita harus gagal agar tau cara untuk sukses...
Kita harus kehilangan agar tau cara untuk menjaga...
Bahkan, kita haru menyesal agar kita tak menyia nyiakan orang yang menyayangi kita dan orang yang kita sayangi... Yakinlah apa yang kita miliki saat ini adalah yang terbaik yang allah berikan...
Allah gak akan memberikan apa yang kita minta, tapi allah memberikan apa yg kita butuhkan...

Senin, 28 November 2011

,,,,,,""" IBU """,,,,,,



Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai.
Sang pria berasal dari keluarga kaya, dan merupakan orang yang
terpandang di kota tersebut. Sedangkan sang wanita adalah seorang
yatim piatu, hidup serba kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan
baik hati. Kelebihan inilah yang membuat sang pria jatuh hati.

Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah,
dengan membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka
duga, orang tua sang pria tidak menyukai wanita tsb. Sebagai orang
yang terpandang di kota tsb, latar belakang wanita tsb akan merusak
reputasi keluarga. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan jodoh
yang sepadan untuk anaknya. Sang pria berusaha menyakinkan orang
tuanya, bahwa ia sudah menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi
dia.

Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria menyakinkan wanita
tsb bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria terus
berargumen dengan orang tuanya, bahkan membantah perkataan
orangtuanya, sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya
(di zaman dulu,umumnya seorang anak sangat tunduk pada orang tuanya).

Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk orang tuanya
agar menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress karena gagal
membujuk anak satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tsb, yang
menurut mereka akan sangat merugikan masa depannya.

Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari. Ia memutuskan
untuk meninggalkan semuanya demi sang kekasih. Waktu keberangkatan pun
ditetapkan, tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh orang tua sang
pria. Maka ketika saatnya tiba, sang ortu mengunci anaknya di dalam
kamar dan dijaga ketat oleh para bawahan di rumahnya yang besar.

Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang telah
ditentukan sepasang kekasih tsb untuk melarikan diri. Sang wanita
sangat terkejut dengan kedatangan ayah dan ibu sang pria. Mereka
kemudian memohon pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak
mereka satu-satunya. Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial
yang sangat besar, perkawinan mereka hanya akan menjadi gunjingan
seluruh penduduk kota, reputasi anaknya akan tercemar, orang2 tidak
akan menghormatinya lagi. Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan
kepada anak mereka akan bangkrut secara perlahan2.

Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan
agar wanita tsb meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya
lagi, dan menggugurkan kandungannya. Uang tsb dapat digunakan untuk
membiayai hidupnya di tempat lain.

Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar bahwa
perbedaan status sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan banyak
kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan kota
ini, tetapi menolak untuk menerima uang tsb. Ia mencintai sang pria,
bukan uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke depan
akan sangat sulit?.

Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tsb untuk
meninggalkan sepucuk surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia
memilih berpisah dengan sang pria. Ibu sang pria kuatir anaknya akan
terus mencari kekasihnya, dan tidak mau meneruskan usaha orang tuanya.
“Walaupun ia kelak bukan suamimu, bukankah Anda ingin melihatnya
sebagai seseorang yang berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian
berdua”, kata sang ibu.

Dengan berat hati, sang wanita menulis surat. Ia
menjelaskan bahwa ia sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan sang
pria. Ia sadar bahwa keberadaannya hanya akan merugikan sang pria. Ia
minta maaf karena telah melanggar janji setia mereka berdua, bahwa
mereka akan selalu bersama dalam menghadapi penolakan2 akibat
perbedaan status sosial mereka. Ia tidak kuat lagi menahan penderitaan
ini, dan memutuskan untuk berpisah. Tetesan air mata sang wanita
tampak membasahi surat tersebut.

Sang wanita yang malang tsb tampak tidak punya pilihan lain. Ia
terjebak antara moral dan cintanya. Sang wanita segera meninggalkan
kota itu, sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil.
Disana, ia bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.

 ==========0000000000==============

Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi
seorang ibu. Anaknya seorang laki2. Sang ibu bekerja keras siang dan
malam, untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia
bekerja di sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2
tetangga dan menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia
melakukan semua pekerjaan ini sambil menggendong anak di punggungnya.
Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak
memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat.
Tetapi sang ibu tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya?

Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba2 sakit keras. Demamnya
sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tsb
harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan
telah menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama
ini, dan itupun belum cukup. Ibu tsb akhirnya juga meminjam ke
sana-sini, kepada siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman.

Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk membuat sup
ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tsb terdiri dari
obat2 herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu
hanya mampu membeli obat2 herbal tsb, ia tidak punya uang sepeserpun
lagi untuk membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya tak mungkin,
karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan belum
terbayar.

Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa,
untuk mendapatkan daging. Toko daging di desa tsb telah menolak
permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian.

Diantara tangisannya, ia tiba2 mendapatkan ide. Ia mencari
alkohol yang ada di rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotongkain.
Setelah pisau dapur dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad
mengambil sekerat daging dari pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya
yang sedang tidur, ia mengikat mulutnya dengan sepotong kain. Darah
berhamburan. Sang ibu tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri,
sambil berusaha tidak mengeluarkan suara kesakitan yang teramat
sangat?..

Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan
kesakitan sang ibu tidak terdengar oleh para tetangga, terutama oleh
anaknya sendiri. Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan
yang sedang dilakukan oleh sang ibu???.

==========0000000000==============

Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang
tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang ibunya. Di
hari minggu, mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain
bersama, dan bersama2 menyanyikan lagu “Shi Sang Chi You Mama Hau”
(terjemahannya “Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik”).

Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja sebagai
penjaga toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari.
Hari2 mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak
terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya menyuci di
malam hari. Ia tahu ibunya masih menyuci di malam hari, karena perlu
tambahan biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas.

Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat
membelikan sebuah jam tangan, yang sangat didambakan ibunya selama
ini. Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak
setelah pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana,
tidak terlalu mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih
banyak keperluan lain yang perlu dibiayai.

Sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh dari
rumahnya. Ia meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpanjam
tangan tsb, karena ia akan membelinya bulan depan. “Apakah kamu punya
uang?” tanya sang pemilik toko. “Tidak sekarang, nanti saya akan
punya”, kata sang anak dengan serius.

Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk membeli jam tangan
tsb. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main2. Ketika
menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya “Dari mana kamu mendapatkan
uang itu? Bukan mencuri kan?”. “Saya tidak mencuri, kakek. Hari ini
adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak pulang pergi
ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang dari
sekolah ke rumah, uang jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli
jam ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untuk ibuku. O ya, jangan
beritahu ibuku tentang hal ini. Ia akan marah” kata sang anak. Sang
pemilik toko tampak kagum pada anak tsb.Seperti biasanya, sang ibu
pulang dari kerja di sore hari. Sang anak segera memberikan ucapan
selamat pada ibu, dan menyerahkan jam tangan tsb. Sang ibu terkejut
bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam tangan ini memang adalah
impiannya. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari mana uang untuk
membeli jam tsb. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab.

“Apakah kamu mencuri, Nak?” Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak
ingin ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut. Setelah
ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya
telah mencuri. “Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri.
Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?” kata sang ibu.

Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu sayang
pada anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak
menangis, sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu
perih, karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus
melakukannya, demi kebaikan anaknya.

Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju ke
rumah tsb heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya.
“Ia sebenarnya anak yang baik”, kata salah satu tetangganya. Kebetulan
sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah satu
tetangganya yang merupakan familinya.

Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu.
Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk
menjelaskan. Tetapi tiba2 sang anak berlari ke arah pemilik toko,
memohon
agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya. “Nak,
ketahuilah, anak yang baik tidak boleh
berbohong, dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu dari ibunya”. Sang
anak mengikuti nasehat kakek itu. Maka kakek itu mulai menceritakan
bagaimana sang anak tiba2 muncul di tokonya sebulan yang lalu,
memintanya untuk menyimpan jam tangan tsb, dan sebulan kemudian akan
membelinya. Anak itu muncul siang tadi di tokonya, katanya hari ini
adalah hari ulang tahun ibunya. Ia juga menceritakan bagaimana sang
anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang ke rumah dan tidak jajan di
sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan uang membeli jam tangan
kesukaan ibunya.

Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai menjelaskan hal
tsb, begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk anak
kesayangannya, keduanya menangis dengan tersedu-sedu?.”Maafkan saya,
Nak.” “Tidak Bu, saya yang bersalah”Huh?..

===========000=================

Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah
menikah, tetapi istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Sang ortu
sangat sedih akan hal ini, karena tidak akan ada yang mewarisi usaha
mereka kelak.

Ketika sang ibu dan anaknya berjalan2 ke kota, dalam
sebuah kesempatan, mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang
ayah baru menyadari bahwa sebenarnya ia sudah punya anak dari darah
dagingnya sendiri. Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia
menanggung semua biaya hidup mereka, tetapi sang ibu menolak. Kami
bisa hidup dengan baik tanpa bantuanmu.

Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu
ingin melihat cucunya, tetapi sang ibu tidak mau mengizinkan.
Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter
mengatakan bahwa penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan yang
konsisten. Kalau kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya.

Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan
sebelumnya. Tetapi biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup
membiayainya.

Sang ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak menemukan
solusi yang tepat. Satu2nya jalan keluar adalah menyerahkan
anaknya kepada sang ayah, karena sang ayahlah yang mampu membiayai
perawatannya.

Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak anaknya
berkeliling kota, bermain2 di taman kesukaan mereka. Mereka gembira
sekali, menyanyikan lagu “Shi Sang Chi You Mama Hau”, lagu
kesayangan mereka. Untuk sejenak, sang ibu melupakan semua
penderitaannya, ia hanyut dalam kegembiraan bersama sang anak.

Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan keadaannya pada
sang anak.Sang anak menolak untuk tinggal bersama ayahnya, karena ia
hanya ingin dengan ibu. “Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan
kamu, Nak” kata ibu. “Tidak apa2 Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya
sudah sehat, bila bisa bersama2 dengan ibu. Bila sudah besar nanti,
saya akan cari banyak uang untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu.
Nanti, ibu tidak perlu bekerja lagi, Bu”, kata sang anak. Tetapi ibu
memaksa akan berkunjung ke rumah sang ayah keesokan harinya.
Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat.

Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat
senang melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak pulang, sang
anak meronta2 ingin ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan
mainan kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama
ibunya, sang anak menolak. “Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan
itu”, teriak sang anak dengan nada yang polos. Dengan hati sedih dan
menangis, sang ibu berkata “Nak, kamu harus dengar nasehat ibu.
Tinggallah di sini. Ayah, kakek dan nenek akan bermain bersamamu.”
“Tidak, aku tidak mau mereka. Saya hanya mau ibu, saya sayang ibu,
bukankah ibu juga sayang saya? Ibu sekarang tidak mau saya lagi”, sang
anak mulai menangis.

Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah
besar tsb tidak didengarkan anak kecil tsb. Sang anak menangis
tersedu2 “Kalau ibu sayang padaku, bawalah saya pergi, Bu”. Sampai
pada akhirnya, ibunya memaksa dengan mengatakan “Benar, ibu tidak
sayang kamu lagi. Tinggallah disini”, ibunya segera lari keluar
meninggalkan rumah tsb. Tampak anaknya meronta2 dengan ledakan tangis
yang memilukan.

Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu
menyayat hati, ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak
diperbolehkan menjenguk anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat
anaknya dengan baik. Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti
hidup ini lagi. Ia telah kehilangan satu2nya alasan untuk hidup,
anaknya tercinta.

Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk memotong urat
nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya mungkin
tidak akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk
mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik. Segera, niat bunuh
diri itu dibatalkan, demi anaknya juga??..

============000=========

Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, mendapatkan
kerja yang lebih baik lagi. Sang anak telah sehat, walaupun tetap
menjalani perawatan medis secara rutin setiap bulan. Seperti biasa,
sang anak ingat akan hari ulang tahun ibunya. Uang pun dapat ia
peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah mengumpulkannya.
Maka, pada hari tsb, sepulang dari sekolah, ia tidak pulang ke rumah,
ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal ibunya, yang memakan
waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan setangkai bunga,
sepucuk surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan ibu, sebuah
kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang sangat bagus.
Ia akan memberikan semuanya untuk ibu. Sang anak berlari riang gembira
melewati gang-gang kecil menuju rumahnya. Tetapi ketika sampai di
rumah, ia mendapati rumah ini telah kosong. Tetangga mengatakan ibunya
telah pindah, dan tidak ada yang tahu kemana ibunya pergi. Sang anak
tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di depan rumah tsb, menangis
“Ibu benar2 tidak menginginkan saya lagi.” Sementara itu, keluarga
sang ayah begitu cemas, ketika sang anak sudah terlambat pulang ke
rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan semuanya sudah
pulang. Semua tempat sudah dicari, tetapi tidak ada kabar. Mereka
panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat terkejut. Polisi
pun dihubungi untuk melaporkan anak hilang. Ketika sang ibu sedang
berpikir keras, tiba2 ia teringat sesuatu. Hari ini adalah hari ulang
tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya. Anaknya mungkin pulang
ke rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik mobil menuju rumah
tsb. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang tahun, setangkai
bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat anaknya. Sang ibu
tidak mampu menahan tangisannya, saat membaca tulisan2 imut anaknya
dalam surat itu. Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar
desa tsb, tanpa mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah.
Kemudian sang ibu membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan
Im, sambil menangis ia memohon agar bisa menemukan anaknya. Seperti
mendapat petunjuk, sang ibu tiba2 ingat bahwa ia dan anaknya pernah
pergi ke sebuah kuil Kuan Im di desa tsb. Ibunya pernah berkata, bahwa
bila kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang
welas asih. Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik.
Ibunya memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tsb untuk
memohon agar bisa bertemu dengan dirinya.

Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Tetapi ia pingsan,
demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya untuk
dilarikan ke rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh
dari tangga, dan berguling2 jatuh ke bawah?Huh?..

============000==============

Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku
kuliah. Ia sering beradu mulut dengan ayah, mengenai persoalan ibunya.
Sejak jatuh dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak
telah banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana2, tetapi
hasilnya nihil. Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak
berjalan bersama dengan teman wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat
melaju dengan mobil, di persimpangan sebuah jalan, ia melihat seorang
wanita tua yang sedang mengemis. Ibu tsb terlihat kumuh, dan tampak
memakai tongkat. Ia tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya.
Wajahnya kumal, dan ia tampak berkomat-kamit. Di dorong rasa ingin
tahu, ia menghentikan mobilnya, dan turun bersama pacar untuk
menghampiri pengemis tua itu. Ternyata sang pengemis tua sambil
mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan
lemah “Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?” Sang anak
merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari, ia segera menyanyikan
lagu “Shi Sang Ci You Mama Hau” dengan suara perlahan, tak disangka
sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka
berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang selalu
menyanyikan lagu tsb saat ia kecil, sang anak segera memeluk pengemis
tua itu dan berteriak dengan haru “Ibu? Ini saya ibu”. Sang pengemis
tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang anak, lalu bertanya, “Apakah
kamu ??..(nama anak itu)?” “Benar bu, saya adalah anak ibu?”. Keduanya
pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi bumi???.

Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur kepalanya menjadi
hilang ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus
mencari anaknya, tanpa peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang
menganggapnya sebagai orang gila?.

============000=============


Copy Paste dr Google ( Gak tau subernya )