سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم مَا لِكِ يَوْمِ لدِّيْن. ايَّاكَ نَعْبُدُوَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْن. اِهْدِنَ الصِّرَاط الْمُسْتَقِيْم. صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَََلَاالضّٓآلِّيْن YAALLAH YAROBI.. pliharalah cintaku dan cintanya... Dengan cahaya cintamu

Selalu optimis dalam menghadapi tantangan hidup, dengan sabar dan sholat,,,!!!

Sebelum saudara membaca blog saya, saya minta maaf dan arahan jika nanti di dalamnya ada kesalahan dan ke khilapan... Blog ini saya buat semata - mata untuk mengisi waktu kosong, semoga isi yang terkandung di dalamnya bisa bermamfaat buat kita semua...

Bersabar dan ikhlaslah dalam setiap langkah perbuatan Terus-meneruslah berbuat baik, ketika di kampung dan di rantau Jauhilah perbuatan buruk, dan ketahuilah pelakunya pasti diganjar, di perut bumi dan di atas bumi...


Kasih comentarnya ya,,,!!!

Rabu, 05 September 2012

Angka 3

Kapal Pesiar Bhakauheni
Jika kita perhatikan angka 3, ini mungkin angka yg nilainya kecil...
Tp untuk blog saya kali ini, saya beri judul ANGKA 3.
Kenapa angka 3...???
Ini saya ambil dari beberapa hal dalam hidup yg berkaitan dengan angka 3.
Dibalik itu angka 3 juga jadi sunnah. hehehe...

Nah di bawah ini ada 3 hal yang saya maksud, mari kita simak satu persatu ya...

  1. 3 Panggilan Dalam Kehidupan.
    1. Panggilan Azan
    2. Panggilan Haji
    3. Panggilan Maut
  2. 3 Hal yang tidak bisa di prediksi manusia
    1. Rejeki
    2. Jodoh
    3. Maut
  3. 3 Kelebihan Ibu ( Ibumu... Ibumu... Ibumu... )
    1. Mengandung
    2. Melahirkan
    3. Menyusui
  4. 3 Senjata Ampuh Menghadapi Kehidupan. (  wastainu bissobri wassolah" )
    1. Meminta Pada Allah
    2. Sabar
    3. Sholat
  5. 3 Sahabat Sejati.
    1. Sahabat Sampai Kerongkongan
    2. Sahabat Sampai Kuburan
    3. Sahabat Sampai Akhirat
  6. 3 Jamrah
    1. Jamratul Sughra
    2. Jamratul Wusta
    3. Jamratul Kubra
  7. 3 Perkara Dibawa Mati
    1. Sodaqotun Jariah
    2. Ilmu yang Bermamfaat
    3. Do'a Anak yg Sholeh/Sholeh
Dibawah ini saya akan coba mendefenisikannya satu persatu fersi Rayhan Habibie Lubis...

1. 3 Panggilan Dalam Kehidupan.
  1. Panggilan Azan ( Sholat )
 Apabila azan telah berkumandang segeralah berwudhu. 
    Selama ini kita hanya menganggap adzan sebagai pangilan untuk sholat, tanda masuknya waktu shalat fardhu. Padahal jika kita mau merenungkan, adzan punya makna yang lebih dalam dari pada sekedar itu.
      Hal itulah yang membuat hati seseorang tergetar apabila mendengar adzan. 
      Suara yang pertama kali kita dengar 
      Pada saat kita baru saja dilahirkan – bahkan mata kita belum terbuka dan mulut kita belum bersuara, telinga kita sudah mendengar suara adzan. Pernahkah kita sebagai seorang muslim mau merenungkan mengapa tiap bayi yang baru lahir harus diadzani?
       ‘Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka dan Alloh mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) :
       “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab : “Benar. (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”..’(QS Al A’raaf 7:172)
      • Ayat diatas menerangkan bahwa di alam kandungan kita diingatkan kembali oleh Alloh SWT: Tiada Tuhan lain selain dia.
      • Atas kehendak NYA jualah kita dijadikan NYA seakan tidak pernah mengalami perjanjian itu, karena secara sunnatulloh, otak kita hanya mengingat semua input yang bisa ditangkap oleh panca indera kita saja.
      • Untuk itulah saat lahir, adzan diperdengarkan kepada kita sebagai pegangan awal, pengingat bahwa diri kita pernah bersaksi atas keEsaan dan KebesaranNya.
      Allahu Akbar (Allah Maha Besar)
      • Ini adalah kalimat pertama pembuka adzan
      • Kita diingatkan kembali atas Kebesaran Allah SWT. Kalimat ini menyatakan bahwa Allah itu Maha Besar dan diucapkan 2×2. Bila kita melihat struktur Áin pada Metode Struktur Al-Quran, 2 artinya mata. Berarti kita pernah MELIHAT Kebesaran Alloh; dan kita diingatkan untuk selalu mengakui Kebesaran NYA tersebut…Dengan kedua mata kita. Mata lahir dan Mata Batin.
       Asyhadu Álaa illaaha ill Allah (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah)
      • Disini ditegaskan kembali bahwa kita pernah MELIHAT ALLAH. Kalimat ‘Aku berSAKSI’ menyatakan bahwa kita benar-benar pernah menyaksikan kebesaranNYA dan tiada Tuhan selainNYA.
      • Kita diingatkan untuk senantiasa membersihkan diri kita dari ‘ílah-ilah’ lain selain Allah. Kita tidak boleh menuhankan Tahta, Harta, Ilmu, dan lain sebagainya.
      • Kalimat ini juga diucapkan 2x, mempertegas keyakinan kita.
      Asyhadu Anna Muhammadarra Rasulullah (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Alloh)
      • Disini juga dikatakan bahwa kita berSAKSI atas kerasulan Muhammad. Bagaimana mungkin? Bukankah kita hidup dizaman yang berbeda dengan beliau?
      • Jawabannya adalah seperti dikemukakan pada pembukaan tadi, bahwa kita meihat NUR Muhammad di Lauh Mahfudz. Ingatlah hadist Qudsi yang menyatakan bahwa alasan dari penciptaan alam semesta ini adalah NUR Muhammad.
       Hayya Ála Shallah (Mari kita Shalat)
      • Barulah pada kalimat ini kita semua diseru untuk melakukan shalat. Atas kesaksian kita terhadap kebesaran Allah dan Kerosulan Muhammad.
      • Bila kita menyimak urutan-urutannya, maka semestinya sholat kita benar-benar dilandasi oleh kebesaran Alloh, keyakinan akan kebenaran syahadat, barulah kita sholat. Tanpa mengikuti urutan-urutan tersebut sholat kita dapat dikatakan lalai. Seperti yang dimaksud dalam surat Al-Ma’uun 4-5 “Celakalah orang-orang yang sholat, yaitu orang-orang yang lalai dalam shalatnya”
      Hayya Álal Falaah (Mari kita Menang)
      • Banyak ulama yang sekedar mengartikan urutan-urutan ini sebagai berikut : Mari kita sholat, sehabis sholat kita menang. Memang betul, tapi bagaimana dulu sholatnya? Apakah shalatnya didasari syahadat yang betul? Bukankah urutan Rukun Islam adalah syahadat dulu baru kemudian shalat? Bisakah kita masuk ke sebuah mobil tanpa membuka dulu pintunya, tanpa kunci? Lalu bagaimana bisa mencapai tujuan kalau masuk ke mobilnya saja belum, apalagi menjalankannya?
      • Orang-orang yang dimaksud menang di sini aalah orang-orang yang mengingat perjanjian dengan Tuhannya, dan kemuadian shalat sebagai tanda kepatuhannya. Bukan semata-mata taklik buta belaka.
       Allaahu Akbar, Allaahu Akbar…
      Setelah kita meraih kemenangan, kita harus kembali tunduk pada Kebesaran Allah. Karena kita tidak mungkin mencapai kemenangan, baik di dunia maupun akhirat, tanpa seizin dan Ridha Alloh. Segalanya adalah milik Allah . Begitu pula kemenangan kita, bahwa diri kita, hanya milik Allah semata. Yang kita miliki hanya nama…
       Laa ilaaha illa Allaahh
      Tiada Tuhan selain Allah
      Hanya Dia lah yang patut disembah
      Hanya kepadaNya lah segala sesuatu bergantung

      *Sumber
       2. Panggilan Haji 
      Ibadah haji adalah ibadah yang wajib dilakukan oleh umat islam yang mampu atau kuasa untuk melaksanakannya baik secara ekonomi, fisik, psikologis, keamanan, perizinan dan lain-lain sebagainya. Pergi haji adalah ibadah yang masuk dalam rukun islam yakni rukun islam ke lima yang dilakukan minimal sekali seumur hidup.
      Syarat Sah Haji
      1. Agama Islam
      2. Dewasa / baligh (bukan mumayyis)
      3. Tidak gila / waras
      4. Bukan budak (merdeka)
      C. Persyaratan Muslim yang Wajib Haji
      1. Beragama Islam (Bukan orang kafir/murtad)
      2. Baligh / dewasa
      3. Waras / berakal
      4. Merdeka (bukan budak)
      5. Mampu melaksanakan ibadah haji
      Syarat "Mampu" dalam Ibadah Haji
      1. Sehat jasmani dan rohani tidak dalam keadaan tua renta, sakit berat, lumpuh, mengalami sakit parah menular, gila, stress berat, dan lain sebagainya. Sebaiknya haji dilaksanakan ketika masih muda belia, sehat dan gesit sehingga mudah dalam menjalankan ibadah haji dan menjadi haji yang mabrur.
      2. Memiliki uang yang cukup untuk ongkos naik haji (onh) pulang pergi serta punya bekal selama menjalankan ibadah haji. Jangan sampai terlunta-lunta di Arab Saudi karena tidak punya uang lagi. Jika punya tanggungan keluarga pun harus tetap diberi nafkah selama berhaji.
      3. Keamanan yang cukup selama perjalanan dan melakukan ibadah haji serta keluarga dan harta yang ditinggalkan selama berhaji. Bagi wanita harus didampingi oleh suami atau muhrim laki-laki dewasa yang dapat dipercaya.
      D. Rukun Haji
      Rukun haji adalah hal-hal yang wajib dilakukan dalam berhaji yang apabila ada yang tidak dilaksanakan, maka dinyatakan gagal haji alias tidak sah, harus mengulang di kesempatan berikutnya.
      1. Ihram
      2. Wukuf
      3. Thawaf
      4. Sa'i
      5. Tahallul
       3. Panggilah Kuburan ( Maut ) 
      Mati merupakan suatu yang pasti terjadi, tidak terhalangi oleh kekukuhan benteng, tidak ada hijab yang menghalangi, dan tidak ada pintu yang menolaknya, Allah Ta’ala berfirman,
      “Katakanlah, “Seseungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), ynag mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Al-Jumuah:8) “Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut nyawa jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata) “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar, (tentulah kamu akan merasa ngeri).” (Al-Anfal : 50)
      Al-Qurtubi berkata, “Buatlah peran tentang dirimu hai yang terpedaya, sewaktu sakaratul maut datang kepadamu, rasa sakit dan penderitaan tiba padamu, lalu ada yang berkata bahwa si fulan telah berwasiat dan hartanya telah dihitung, yang lain berkata bahwa si fulan lisannya susah berkata, sehingga ia tidak kenal tetangganya dan tidak dapat berkata kepada saudara-saudaranya, seakan-akan saya melihatmu sedang mendengarkan pembicaraan namun kamu tidak mampu memberi tanggapan. Berkhayallah tentang dirimu hai anak Adam, apabila kamu diambil dari tempat tidurmu dibawa ke papan pemandianmu, lalu kamu dimandikan, dan dipakaikan kain kafan, keluarga dan tetangga merasa asing denganmu, para sahabat dan saudara menangisimu. Yang memandikan berkata, “Mana istri si fulan yang engkau kawini, mana anak-anak yatim yang ditinggal bapak-bapakmu, engkau tidak akan melihatnya lagi setelah hari ini untuk selamanya.” (At-Tadzkirah,21) Suatu adegan yang menegangkan yang menentukan akhir hidup seorang hamba, boleh jadi ia akan merasakan naungan yang teduh atau tempat istirahat yang buruk. Penulis Ihya ‘Rahimahullah mengatakan: “Kematian, sudah selayaknya membuat hidup seorang hamba menjadi waspada, kegembiraannya menjadikannya murung, melakukan persiapan dengan matang, terlebih jika kematian sudah ada di sisi setiap jiwa sebagaimana ahli hikmah berkata,
      “Kesulitan (kematian) berada pada selainmu, engkau tidak tahu kapan ia menimpamu.”
      Dan Lukman berkata kepada anaknya,
      “Hai anakku, ada suatu perkara yang engkau tidak tahu kapan menjumpaimu, maka buatlah persiapan menghadapinya sebelum ia mengejutkanmu.”
      Mengherankan perilaku manusia, jika berada dalam kesenangan mereka lupa kepada kematian, padahal setiap jiwa berada di samping Malaikat Maut yang datang kepadanya dengan tiba-tiba, namun dia lalai. Hal itu disebabkan kebodohan dan ketertipuan…..Dan ketahuilah bahwa rasa sakit (naza’) sakaratul maut tidak diketahui hakekatnya kecuali siapa yang merasakan. Naza’  adalah ungkapan rasa sakit yang menimpa ruh itu sendiri sehingga bagian-bagiannya turut merasakannya, sehingga tidak ada satu bagian pun daro ruh yang menyebar je badan terdalam yang tidak merasakan rasa sakit tersebut. Rasa sakit itu menyerang ruh itu sendiri dan seluruh bagiannya turut merasakannya, sakitnya dapat dirasakan pada setiap urat, dari setiap syaraf, dari bagian-bagian tubuh, persendian-persendian, pangkal setiap rambut, dan kulit dari kepala sampai kaki. Sehingga, jangan ditanya bagaimana sakitnya, bahkan ada yang mengatakan; kematian lebih sakit dibanding dipenggal dengan pedang, dibelah dengan gergaji atau dipotong dengan gunting! Pada saat itu, akal akan dibuat kusut dan bingung, lisan dibuat bisu, bagian-bagian dilemahkan; ia ingin kalau ada tenaga untuk merintih, berteriak dan meminta tolong, akan tetapi ia tidak kuasa melakukannya. Kalaupun tersisa suatu kekuatan, maka yang terdengar hanya suara uak dan parau daro tenggorokan dan dada. Ketika ruh ditarik dan dicabut, warna kulitnya berubah pucat, nampak debu yang menjadi asal fitrahnya. Setiap urat ditarik searah, sehingga rasa sakit menyebar di bagian dalam dan luar, sampai kedua biji matanya bergerak ke bagian atas kelopak matanya, kedua bibirnya tertutup rapat, lidahnya mengerut ke pangkalnya, kedua buha pelirnya berada di tempatnya yang paling atas dan jari-jemarinya menghijau. Setiap urat badan yang ditarik tidak menjadi lumpuh! Jikalau yang ditarik itu satu urat saja mendatangkan rasa sakit yang hebat, maka betapa sakitnya jika yang ditarik adalah ruh yang kesakitan itu sendiri? Bukan dari satu urat saja melainkan dari seluruh urat! kemudian anggota badannya mati secara bertahap; pertama kali telapak kakinya menjadi dingin, kemudian betis, dan paha. Stiap bagian tubuhnya mengalami kelemahan demi kelemahan, kesusahan demi kesusahan samai mencapai kerongkongan, ketika itulah pandangan kepada dunia dan penghuninya terputus, pintu taubat sudah tertutup baginya, dirinya diliputi penyesalan! Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
      “Sesungguhnya Allah Ta’ala menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum sampai tenggorokan.” (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah)
      Mujahid berkata mengenai firman Allah Ta’ala berikut,
      “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” (An-Nisaa : 18)
      Ia berkata, “Apabila dia melihat para utusan, maka ketika itu tampak olehnya sisi wajah Malaikat Maut, maka jangan ditanya tentang rasa pahit kematian dan kesusahannya saat menghadapi sakaratul maut! Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa,
      “Ya Allah, mudahkanlah diriku dalam menghadapi sakaratul maut.”
      Hanya saja, kebanyakan orang tidak berlindung darinya dan tidak menganggapnya sebagai masalah besar karena kebodohannya tentang hal itu. Kalau kita menengok sejarah bahwa besar sekali ketakutan para Nabi dan para wali terhadap kematian, hingga Isa Alaissalam pernah berkata,
      “Wahai para sahabat setia (hawariyyin), berdoalah kepada Allah agar memudahkanku menghadapi sakaratul maut. Sungguh saya takut sekali kepada kematian sehingga ketakutanku terhadap kematian menggantungkanku pada kematian….”
      Diriwayatkan bahwa sekelompok orang dari Bani Israil melewati suatu kuburan, lalu sebagian mereka berkata kepada sebagian lainnya, “Jika kalian berdoa kepada Allah Ta’ala agar mengeluarkan mayit dari kuburan ini tentu kalian bisa menanyainya?” Lalu mereka berdoa kepada Allah Ta’ala, dan tampaklah oleh mereka seorang laki-laki yang berdiri dan di antara dua matanya terdapat tanda sujud, telah keluar dari kubur, dia berkata, “Wahai kaum, apa yang kalian kehendaki dariku, sungguh saya telah merasakan kematian sejak lima puluh tahun silam namun pahit kematian belum hilang dari hatiku…” Aisyah Radhiyallahu Anha berkata,
      “(Saya rasa) tak seorang pun yang tidak henti-hentinya berharap supaya dimudahkan baginya kematian setelah apa yang saya lihat dari kematian yang dialami Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”
      Ali Radhiyallahu Anhu menggelorakan semangat perang, ia mengatakan,
      “Jika kalian tidak terbunuh maka kalian pun pasti mati, demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sungguh seribu sabetan pedang lebih ringan bagiku dari kematian di atas pembaringan.”
      Al-Auza’i berkata,
      “Telah sampai kabar kepada kami bahwa orang mati akan merasakan kepedihan kematian selama masih belum dibangkitkan dari kuburnya.”
      Syaddad bin Aus berkata,
      “Kematian merupakan suatu yang paling menakutkan di dunia dan akhirat bagi seorang mukmin, lebih hebat daro penderitaan seseorang yang dibelah dengan gergaji atau dipotong dengan gunting atau dimasukkan ke dalam kuali mendidih. Seandainya orang mati kembali (dihidupkan) lalu ia memberitahu kepada penghuni dunia tentang kematian, tentu mereka tidak berambisi dengan kemewahan duniawi, dan tidak dapat merasakan nikmatnya tidur.”
      Dari zaid bin Aslam, dari Bapaknya, ia berkata,
      “Apabila masih ada sesuatu yang tersisa bagi orang mukmin dari derajatnya yang tidak tercapai dengan amalnya, maka kematianlah yang melunasinya, sehingga sakaratul maut dan kesusahannya menyampaikannya ke derajatnya di surga. Sedangkan, apabila orang kafir mempunyai suatu kebajikan yang belum diberi ganjaran, maka kematian akan dimudahkan atas dirinya sehingga genaplah pahala kebajikannya, lalu nantinya dia masuk neraka.”
      Diriwayatkan dari seseorang, bahwa ia sering bertanya kepada banyak orang yang sakit bagaimana mereka menghadap kematian? Lalu, ketika ia sakit, ditanya, “Kamu sendiri bagaimana menghadapi kematian?” Ia menjawab, “Seakan-akan semua langit dikatupkan ke bumi dan seakan-akan diriku keluar dari lubang jarum.” Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa di hadapan beliau terdapat cangkir yang berisi air, Nabi memasukkan tangan ke dalam air itu, mengusapkannya ke wajahnya, dan bersabda,
      “Laa ilaha illallah (tiada Tuhan kecuali Allah), sesungguhnya kematian itu ada sakarat-sakarat.”
      Dan dalam riwayat lain disebutkan,
      “Ya Allah bantulah aku menghadapi sakaratul maut.” (HR. Bukhari dari Aisyah)
      Fatimah Radhiyallahu Anha mengatakan,
      “Menyedihkan kesusahan yang menimpamu, wahai Bapak!” Lalu, Rasulullah berkata kepadanya, “Tidaklah menimpa diri Bapakmu satu kesusahan pun setelah hari ini.” (HR. Bukhari dari Anas)
      Umar Radhiyallahu Anhu berkata kepada Ka’ab al-Ahbar,
      “Hai Ka’ab bicaralah kepada kami tentang kematian.” Ka’ab pun berkata, “Baik wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya kematian itu seperti tangkai yang banyak durinya yang dimasukkan ke dalam tubuh seseorang, setiap duri mengait urat, kemudian seseorang menariknya dengan keras sekali, sehingga terangkat apaya yang ikut terangkat dan tersisa apa yang masih tersisa.”


      Tidak ada komentar:

      Posting Komentar